Dilihat dari genesisnya (kontrol
utama pembentuknya), bentuk lahan dapat dibedakan menjadi:
1.
Bentuklahan
Asal Struktural
Bentuklahan
asal proses struktural ini terbentuk karena adanya tenaga endogen yang
mendorong lempeng samudra menunjam lempeng benua. Bentuklahan struktural
terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa
pengangkatan, pelipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat
konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi
ini dibentuk oleh kontrol struktural.
Pada awalnya
struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan struktural
horizontal nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan struktural masih dapat
dikenali, jika penyebaran struktural geologinya dapat dicerminkan dari
penyebaran reliefnya.
2.
Bentuklahan
Asal Vulkanik
Vulkanisme
adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik
ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang
secara umum disebut bentuk lahan vulkanik.
Umumnya suatu bentuk lahan vulkanik pada suatu wilayah kompleks gunung api lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian, seperti : kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya dikes, slock, dan sebagainya.
Umumnya suatu bentuk lahan vulkanik pada suatu wilayah kompleks gunung api lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian, seperti : kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya dikes, slock, dan sebagainya.
3.
Bentuklahan
Asal Denudasional
Proses
denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan
tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan
baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi
dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian
oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai
menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.
4.
Bentuklahan
Asal Fluvial
Bentuklahan
asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa
pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk
bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran alluvial dan
bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir
halus. Bentukan-bentukan ini terutama berhubungan dengan daerah-daerah
penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial.
Bentukan-bentukan kecil yang mungkin terjadi antara lain dataran banjir,
tanggul alam, teras sungai, dataran berawa, gosong sungai, dan kipas aluvial.
Asosiasi antara proses fluvial dengan marin kadang membentuk delta di muara
sungai yang relatif tenang.
5.
Bentuklahan
Asal Marin
Geomorfologi
asal marin merupakan bentuklahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut.
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya
bentang alam di daerah pantai.
Aktifitas
marin yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan
terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marin berada di
kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marin dapat
mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus
meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan
terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang
sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu,
berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi
penyusun.
6.
Bentuklahan
Asal Glasial
Bentukan ini
tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di
Puncak Gunung Jaya Wijaya, Irian. Bentuklahan asal glasial dihasilkan oleh
aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
Gletser atau
glasier atau glesyer adalah sebuah bongkahan es yang besar yang terbentuk di
atas permukaan tanah yang merupakan akumulasi endapan salju yang membatu selama
kurun waktu yang lama. Bongkahan es ini dapat berupa wilayah daratan yang
sangat luas. Gletser terjadi dimulai pada lereng pergunungan yang berbentuk
cekungan yang di sebut dengan sirka (cirque). Gletser terbentuk ketika salju
segar turun, setelah mengendap udara yang terperangkap di antara serpihan salju
terdorong keluar sehingga terjadi keping salju padat yang di sebut dengan firn.
Saat salju semakin banyak turun di puncak pegunungan, firn akan terpadatkan
menjadi es gletser.
7.
Bentuklahan
Asal Eolian
Gerakan udara
atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses
lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan
material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk
pasir dan endapan debu (loess).
Medan eolian
dapat terbentuk jika memenuhi syarat-syarat seperti berikut :
Ø
Tersedia material berukuran pasir halus-halus
sampai debu dalam jumlah banyak.
Ø
Adanya periode kering yang panjang disertai
angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan tersebut.
Ø
Gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi atau
obyek lainnya.
8.
Bentuklahan
Asal Solusional
Bentuklahan solusioal adalah
bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada
daerah berbatuan karbonat tertentu. Bentuklahan yang berkembang pada
satuan ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik litologi dan kondisi iklimnya. Tidak semua batuan karbonat terbentuk
topografi kars, walaupun faktor selain batuannya sama. Beberapa syarat untuk
dapat berkembangnya topografi kars sebagai akibat dari proses pelarutan adalah
sebagai berikut :
Ø Terdapat batuan yang mudah larut, yaitu
batu gamping ataupun dolomite
Ø Batu gamping dengan kemurnian tinggi
Ø Mempunyai lapisan batuan yang tebal
Ø Banyak terdapat diaklas/retakan
9.
Bentuklahan
Asal Organik
Bentuklahan asal organik merupakan suatu bentukan yang terjadi di dalam lingkungan laut oleh
aktivitas organisme endapan batu gamping cangkang dengan struktur tegar yang
tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahari.
Bentuklahan asal organik adalah bentuklahan yang
secara alamiah terbentuk dari proses kegiatan makhluk hidup, contohnya adalah
bentuklahan terumbu karang (coral reefs). Terumbu karang adalah masa endapan
kapur (limestone/CaCO3) dimana endapan kapur ini terbentuk dari hasil sekresi
biota laut pensekresi kapur (coral/karang).
dari berbagai sumber :)
reeeeeeeeeeeee
BalasHapusKalau di Sukoharjo, Jawa Tengah terbentuk karena proses apa?
BalasHapus