Istilah strategi berasal dari Yunani
strategia ’ilmu perang’ atau ’panglima perang’. Selanjutnya strategi diartikan
sebagai suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara
mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. Strategi dapat
diartikan pula sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal
ikhwal (Hidayat 2000:1).
Antony (dalam Hidayat 2000: 1)
menyatakan bahwa strategi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan. Secara umum strategi diartikan suatu cara, teknik, taktik, atau
siasat yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan (Pringgowidagda 2002: 88).
Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.
Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155) mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.
Strategi
pembelajaran
merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk
menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.
Strategi pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh guru bertitik tolak
dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal. Agar diperoleh tahapan
kegiatan pembelajaran yang berdaya dan berhasil guna, maka guru harus mampu
menentukan strategi pembelajaran apa yang akan digunakan. Strategi pembelajaran
pada dasarnya adalah suatu rencana untuk mencapai tujuan.
Strategi merupakan usaha untuk
memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia
pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of
activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David,
1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pe-manfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini
adalah tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, strategi
pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian
materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik
dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
Strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran
merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran. Ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni :
1.
Strategi
Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril
(1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai
struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis
fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih
lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro.
Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran
yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro
mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan
lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep serta kaitan yang sudah diajarkan.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep serta kaitan yang sudah diajarkan.
2.
Strategi Penyampaian
Pembelajaran
Strategi penyampaian isi
pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah: (1) menyampaikan
isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau
bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja.
3.
Strategi Pengelolaan
Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran
merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata
interaksi antara pebelajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya.
Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses
pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi
pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan
motivasi.
Berkaitan dengan strategi ini,
ada kesepakatan beberapa ahli. Mereka menyatakan bahwa strategi pembelajaran
berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran
untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematik sehingga
kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien.
Berdasarkan pendapat ini, konsep strategi mencakupi empat pengertian sebagai
berikut (Suparman 1993:156) :
a. Urutan kegiatan pembelajaran,
yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa.
b. Metode pembelajaran, yaitu cara
pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses
belajar secara efisien dan efektif.
c. Media pembelajaran, yaitu
peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Waktu yang digunakan oleh guru
dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.
B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Konsep dasar strategi belajar mengajar
ini meliputi hal-hal berikut :
1). Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan perilaku pembelajar
2). Menentukan pilihan berkenaan dengan
pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik
belajar mengajar.
3). Norma dan kriteria keberhasilan
kegiatan belajar mengajar
Strategi dapat diartikan sebagai suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam konteks pembelajaran, ada 4 empat
strategi dasar dalam setiap usaha, yaitu sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik
yang diharapkan
b. Memilih sistem pendekatan belajar
mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode
dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif, sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d. Menetapkan norma-norma dan batas
minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar
mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem
instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada
empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya sesuai dengan yang
diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang
diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan. Dengan kata lain apa
yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran
ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh
peserta didik. Perubahan perilaku dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah
siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misal-nya dari
tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca. Suatu kegiat-an belajar
mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa
arah atau tujuan yang pasti. Lebih jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak
punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang
suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam
memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang
dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar,
adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin
bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Pengertian-pengertian, konsep, dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau
adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian konsep dan
teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau
adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep, dan
teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep
ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan terhadap
kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian
untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya
untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong
dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya
sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan
menggunakan teknik penyajian yang sama.
Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga
guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh
mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa
diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa
dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana
penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru.
Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari
berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan
guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial,
kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau dilihat dan
berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling
menopang dan tidak bisa dipisahkan.
C. Beberapa Istilah dalam Strategi
Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama
dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik atau taktik dalam
pembelajaran.
1.
Metode
Metode merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah
perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat
dilaksanakan dengan berbagai metode.
2.
Pendekatan (Approach)
Pendekatan (approach) merupakan titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan
tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred
approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif.
3.
Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan
seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan
efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses
ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada
siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan
berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang
terbatas.
4.
Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam
melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih
individual, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam
situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara
berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya
bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa suatu strategi pembela-jaran yang diterapkan guru akan
tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi
itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan
metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan
dengan metode, dan pengunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang
mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
D. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar
mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari
yang sangat operasional dan konkret yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran
umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat
universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir
kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran
antara serta sasaran kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam
ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan.
Belajar mengajar sebagai suatu sistem
instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang
saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem
belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain tujuan pelajaran, bahan
ajar, siswa yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan,
situasi, dan evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan itu dapat tercapai, semua
komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik sehingga sesama komponen
itu terjadi kerjasama.
Secara khusus dalam proses belajar
mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan
masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami
dengan segenap aspek pribadi anak didik seperti: (1) kecerdasan dan bakat
khusus, (2) prestasi sejak permulaan sekolah, (3) perkembangan jasmani dan
kesehatan, (4) kecenderungan emosi dan karakternya, (5) sikap dan minat belajar,
(6) cita-cita, (7) kebiasaan belajar dan bekerja, (8) hobi dan penggunaan waktu
senggang, (9) hubungan sosial di sekolah dan di rumah, (10) latar belakang
keluarga, (11) lingkungan tempat tinggal, dan (12) sifat-sifat khusus dan
kesulitan belajar anak didik.
Usaha untuk memahami anak didik ini
bisa dilakukan melalui evaluasi, selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan
perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, serta
instansi yang terkait.
E. Tahapan Instruksional
Secara umum ada tiga pokok dalam
strategi mengajar yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran
(instruksional), dan tahap penilaian dan tindak lanjut. Ketiga tahapan ini
harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika satu tahapan
tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi
proses pengajaran.
1).
Tahap Prainstruksional
Tahap prainstruksional adalah tahapan
yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini :
a. Guru menanyakan kehadiran siswa dan
mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat
dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu
ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas,
bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga terjadi karena pengajaran dan guru
tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai oleh siswa, atau karena tindakan
guru pada waktu mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian tidak
adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri dan lain-lain).
b. Bertanya kepada siswa, sampai dimana
pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian guru mengetahui ada tidaknya
kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri, setidak-tidaknya kesiapan siswa
menghadapi pelajaran hari itu.
c. Mengajukan pertanyaan kepada siswa di
kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan
sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai di mana pemahaman materi
yang telah diberikan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang
telah dilaksanakan sebelumnya.
e. Mengulang kembali bahan pelajaran yang
lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua bahan
aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi
pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam
menciptakan kondisi belajar siswa.
Tujuan tahapan ini adalah mengungkapkan
kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan
kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap
prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan pemanasan dalam
olah raga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
2).
Tahap Instruksional
Tahap kedua adalah tahap pengajaran
atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun
guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai
berikut :
a. Menjelaskan pada siswa tujuan
pengajaran yang harus dicapai siswa.
b. Menuliskan pokok materi yang akan
dibahas hari itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
c. Membahas pokok materi yang telah
dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni: (a)
pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik
secara lebih khusus, (b) dimulai dari topik khusus menuju topik umum.
d. Pada setiap pokok materi yang dibahas
sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan
pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok
materi yang telah dibahas.
e. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk
memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari
pokok materi. Kesimpulan ini di-buat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya
ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru
bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
3).
Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap yang ketiga adalah tahap evaluasi
atau penilaian dan tindak lanjut dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan tahapan
ini ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua
(instruksional).
Ketiga tahap yang telah dibahas di
atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu
sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan
secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara
utuh. Di sinilah letak keterampilan profesional dari seorang guru dalam
melaksanakan strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam
uraian di atas secara teoretis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya tidak
semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang terencana,
kemampuan itu dapat diperoleh.
F. Komponen Strategi Pembelajaran
Dalam
menerapkan strategi pembelajaran ada
beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran
tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi
pembelajaran, yakni :
1. Kegiatan
Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan
pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan
memegang peranan penting.
2. Penyampaian
Informasi
Penyampaian
informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan paling penting dalam
proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen
dari strategi pembelajaran. Artinya tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang
menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan
penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah :
a.
Urutan penyampaian
b.
Ruang lingkup materi yang disampaikan
c.
Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya
merupakan gabungan antara jenis materi yang berbentuk pengetahuan (fakta dan
informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah, prosedur, keadaan
dan syarat-syarat tertentu) dan sikap (berisi pendapat ide, saran atau
tanggapan) (Kemp, 1977). Merril (1977, h.37) membedakan isi pelajaran menjadi 4
jenis yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip.
3. Partisipasi
Peserta Didik
Berdasarkan
prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan
belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya
adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik
secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, h 108). Terdapat
beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu :
a.
Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah
peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau
keterampiian tertentu.
b.
Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku
tertentu sebagai hasil belajarnya, maka, guru memberikan umpan balik (feedback)
terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru,
peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan
yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada
sesuatu yang perlu diperbaiki.
4. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui :
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui :
a)
apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai
atau belum
b)
apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah
benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
5. Kegiatan
Lanjutan
Kegiatan yang
dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan
seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap
kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil
dengan bagus atau di atas rata-rata :
a.
Hanya menguasai sebagian atau cenderung di
rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai.
b.
Peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut
yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gagne and Briggs, komponen dalam strategi pembelajaran adalah :
2). Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada
siswa
3). Mengingatkan kompetensi prasyarat
4). Memberi stimulus (masalah, topik,
konsep)
5). Memberi petunjuk belajar (cara
mempelajari)
6). Menimbulkan penampilkan siswa
7). Memberi umpan balik
8). Menilai penampilan
9). Menyimpulkan
Berdasarkan rumusan komponen strategi
pembelajaran yang dikemukakan ahli secara garis besar dapat dikelompokkkan
menjadi :
(1)
Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat
memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui
bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
a) Sub komponen pendahuluan, merupakan
kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan
perhatian siswa agar siswa bisa
mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan
siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah
memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis
pelajaran baru, dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.
b) Sub komponen penyajian, kegiatan ini
merupakan inti dari kegiatan belajar
mengajar. Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya
adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan
yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
c) Sub komponen penutup, merupakan
kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk
memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi
pelajaran yang telah diberikan.
(2)
Komponen kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih
metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat
untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya,
untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode
pembelajaran mana yang akan digunakan dan
disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran adalah :
a. Metode ceramah
b. Metode
demonstrasi
c. Metode simulasi
d. Metode diskusi
e. Metode studi mandiri
f. Metode studi kasus
g. Metode pembelajaran terprogram
h. Metode discovery
i.
Metode do-look-learn
j.
Metode praktikum
k. Metode bermain peran
(3)
Komponen ketiga yaitu media yang digunakan
Media adalah segala bentuk dan saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk
orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
a. Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b. Dukungan terhadap isi pelajaran
c. Kemudahan memperoleh media
d. Keterampilan guru dalam menggunakannya
e. Ketersediaan waktu menggunakannya
f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa
(4)
Komponen keempat adalah waktu tatap muka
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang
diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar
dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran
berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
(5)
Komponen kelima adalah pengelolaan kelas
Kelas adalah ruangan belajar
(lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi:
ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau
alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan
sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru,
pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar.
G. Tujuan Strategi Pembelajaran
Setiap penggunaan strategi pembelajaran
dalam proses belajar mengajar tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Strategi prediction guide merupakan strategi pembelajaran yang tepat digunakan
untuk menstimulasi refleksi dan memprediksi materi yang memiliki tujuan dalam
penggunaannya dalam pembelajaran, diantaranya yaitu :
1)
Mengoptimalkan pembelajaran pada aspek
afektif
Strategi pembelajaran aktif berbeda
dengan strategi pembelajaran kognitif dan strategi pembelajaran psikomotorik
(keerampilan). Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur, oleh
karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Nilai adalah
suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak
dalam dunia empiris. Ketika berbicara mengenai materi pelajaran tentang nilai
atau bisa dikatakan materi yang mengajarkan aspek afektif, disinilah letak
tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran prediction guide. Karena
pembelajaran menggunakan strategi ini tidak hanya menuntun kemampuan kognitif
siswa, akan tetapi lebih mengutamakan aspek afektif. Siswa disini secara tidak
langsung belajar akan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar dan belajar
menentukan sikap yang terbaik ketika menghadapi suatu persoalan. Dengan
pengoptimalan aspek afektif akan membantu membentuk siswa yang cerdas sekaligus
memiliki sikap positif dan secara motorik terampil. Ini yang diharapkan dapat
dihasilkan dari penggunaan strategi pembelajaran prediction guide.
2)
Mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran
Sering terjadi selama ini proses
pembelajaran yang berlangsung banyak diarahkan kepada proses mendengarkan dan
menghafalkan informasi yang disajikan
oleh guru, siswa bersifat pasif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa hanya
memperoleh kemampuan intelektual (kognitif) saja. Idealnya proses pembelajaran itu menghendaki hasil belajar yang seimbang antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Ketika siswa dalam keadaan pasif menerima pelajaran, maka tidak menutup kemungkinan dia akan mudah melupakan informasi yang disampaikan oleh guru. Berbeda halnya ketika siswa ikut
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dia akan mencari sendiri pengertian dan
membentuk pemahamannya sendiri dalam pikiran mereka. Sehingga pengetahuan
baru yang disampaikan oleh guru dapat diinterpretasikan dalam kehidupan sehari hari.
oleh guru, siswa bersifat pasif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa hanya
memperoleh kemampuan intelektual (kognitif) saja. Idealnya proses pembelajaran itu menghendaki hasil belajar yang seimbang antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Ketika siswa dalam keadaan pasif menerima pelajaran, maka tidak menutup kemungkinan dia akan mudah melupakan informasi yang disampaikan oleh guru. Berbeda halnya ketika siswa ikut
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dia akan mencari sendiri pengertian dan
membentuk pemahamannya sendiri dalam pikiran mereka. Sehingga pengetahuan
baru yang disampaikan oleh guru dapat diinterpretasikan dalam kehidupan sehari hari.
H. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Beberapa jenis – jenis strategi
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1).
Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung adalah istilah
yang sering digunakan untuk teknik pembelajaran Ekspositoris, atau teknik
penyampaian semacam kuliah (sering juga digunakan istilah “chalk and talk”).
Strategi pembelajaran langsung merupakan bentuk dan pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian,
sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi
ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur. Diharapkan apa
yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini
adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran
dengan kuliah dan demonstrasi merupakan bentuk-bentuk strategi pembelajaran
langsung.
2).
Strategi Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang
biasa terdiri atas 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi
akademik yang spesifik sampai tuntas. Strategi pembelajaran Cooperative
Learning mulai populer akhir-akhir ini. Melalui Cooperative Learning
siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan
kelompoknya. Kerja sama di sini dimaksudkan setiap anggota kelompok harus
saling bantu. Yang cepat harus membantu yang lambat karena penilaian akhir
ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah
kegagalan kelompok, dan sebaliknya keberhasilan individu adalah keberhasilan
kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota harus memiliki tanggung jawab penuh
terhadap kelompoknya. Beberapa penulis seperti Slavin, Johnson, & Johnson,
mengatakan ada komponen yang sangat penting dalam strategi pembelajaran
cooperative yaitu kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan kooperatif
dalam memberikan dorongan atau motivasi. Slavin, Abrani, dan Chambers
(1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari
beberapa perspektif, yaitu perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif
dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi, artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok
akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada
dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap
anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling
membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan
sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota
kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.
Perspektif perkembangan kognitif
artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.
Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan
menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.
3).
Strategi Pembelajaran Problem Solving
Mengajar memecahkan masalah berbeda
dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran.
Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu
persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika. Sedangkan strategi
pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami
dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah.
Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah
itu. Mengajar memecahkan masalah berarti pemecahan masalah itu sebagai isi atau
content dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah adalah sebagai suatu
strategi. Jadi, kedudukan pemecahan masalah hanya sebagai suatu alat saja untuk
memahami materi pembelajaran. Ada beberapa ciri strategi pembelajaran
dengan pemecahan masalah:
Pertama, siswa bekerja secara individual atau
bekerja dalam kelompok kecil;
Kedua, pembelajaran ditekankan kepada materi
pelajaran yang mendukung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai
persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahanya;
Ketiga, siswa mnggunakan banyak pendekatan
dalam belajar;
Keempat, hasil dari pemecahan maslah adalah
tukar pendapat (sharing) di antara semua siswa.
4).
Strategi Mengulang
Strategi mengulang sederhana digunakan
untuk sekedar membaca ulang materi tertentu untuk menghafal saja. Contoh lain
dari strategi sederhana adalah menghafal nomor telepon, arah tempat, waktu
tertentu, daftar belanjaan, dan sebagainya. Memori yang sudah ada di pikiran
dimunculkan kembali untuk kepentingan jangka pendek, seketika, dan
sederhana. Penyerapan bahan belajar yang lebih kompleks memerlukan
strategi mengulang kompleks. Menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan
pinggir, dan menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima merupakan
bagian dari mengulang kompleks. Strategi tersebut tentunya perlu diajarkan ke
siswa agar terbiasa dengan cara demikian.
5).
Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi adalah proses
penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan
strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan
kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di
otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan
dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada. Beberapa
bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan
catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara informasi yang
dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang didapat melalui proses mencatat.
Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru dari percampuran dua informasi
itu. Analogi merupakan cara belajar dengan pembandingan yang dibuat untuk
menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda atau ide, misalnya otak kiri
mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan informasi. P4QR
merupakan strategi yang digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang
mereka baca. P4QR singkatan dar Preview (membaca selintas dengan cepat),
Question (bertanya), dan 4R singkatan dari read, reflect, recite, dan review
atau membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara
menyeluruh. Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti
efektif dalam membantu siswa menghafal informasi bacaan.
6).
Strategi Organisasi
Strategi organisasi membantu pelaku
belajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru dengan struktur
pengorganisasian baru. Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang
ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi tersebut juga
berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan
informasi yang lebih besar. Bentuk strategi organisasi adalah Outlining, yakni
membuat garis besar. Siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide
dengan beberapa ide utama. Mapping, yang lebih dikenal dengan pemetaan
konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining. Mnemonics
membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai satu
strategi, elaborasi atau organisasi. Mnemonics membantu dengan membentuk
asosiasi yang secara alamiah tidak ada yang membantu mengorganisasikan
informasi menjadi memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas pemotongan,
akronim, dan kata berkait.
I. Bagian-bagian Penting dalam Strategi
Pembelajaran
a. Pendekatan Pembelajaran
Istilah
pendekatan berasal dari bahasa Inggris “approach” yang memiliki beberapa arti
diantaranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata
approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai
sesuatu’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai
pembelajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu 1996:17). Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu 1996:17). Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.
Pendekatan dibedakan menjadi 2, yaitu
pendekatan umum dan pendekatan khusus.
Ø Pendekatan Umum yaitu pendekatan yang
berlaku bagi semua bidang studi di suatu sekolah program. Contoh pendekatan
umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:
a)
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
b)
Pendekatan Keterampilan Proses
Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan tujuan, tetapi juga
penguasaan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut (keterampilan proses).
c)
Pendekatan Spiral
Pendekatan ini mengatur pengembangan materi yang dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
Pendekatan ini mengatur pengembangan materi yang dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
d)
Pendekatan Tujuan
Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional.
Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan, terutama tujuan-tujuan operasional.
Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan bahan, metode, teknik,
dan sebagainya.
Ø Pendekatan khusus, yaitu pendekatan
yang berlaku untuk bidang studi tertentu, misalnya pendekatan khusus
pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh pendekatan khusus yang pernah
digunakan dalam pembelajaran bahasa misalnya:
a) pendekatan komunikatif
b)
pendekatan struktural
c)
pendekatan lisan
d)
pendekatan langsung
e)
pendekatan tak langsung
f )
pendekatan alamiah
b. Metode Pembelajaran
Istilah metode
berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’. Karena itu, metode
diartikan cara melakukan sesuatu.
Dalam dunia
pembelajaran, metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Jadi, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai
akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Secara keseluruhan
metode pengajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan
(preparasi), pelaksanaan (presentasi), dan penilaian (evaluasi). Setiap tahap
diisi pula oleh langkah-Iangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dari bagan di
atas terlihat bahwa tahap I (persiapan) tidak kelihatan di sekolah karena biasa
dilakukan guru di rumah. Ini membuktikan bahwa metode pengajaran itu luas
cakupannya, mencakup kegiatan guru yang ada di rumah sampai ke sekolah dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah rencana
pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan peyusunan secara
sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan
bagaimana pengembangannya. Karena itu,metode pengajaran dapat dikatan sebagai
cara-cara guru mencapai tujuan pengajaran dari awal sampai akhir yang terdiri
atas lima kegiatan pokok.
Kegiatan-kegiatan
tersebut meliputi :
a)
pemilihan bahan
b)
penyusunan bahan
c)
penyajian
d)
pemantapan
e)
penilaian formatif
Metode pengajaran juga terbagi atas dua
bagian, yaitu metode umum dan metode khusus.
Ø Metode Umum (Metode Umum Pembelajaran)
Metode umum adalah
metode yang digunakan untuk semua bidang studi/mata pelajaran, milik bersama
semua bidang studi. Contoh metode umum ini antara lain :
a)
metode ceramah
b)
metode tanya jawab
c)
metode diskusi
d)
metode ramu pendapat
e)
metode demonstrasi
f)
metode penemuan
g)
metode inkuiri
h)
metode pemberian tugas dan resitasi
i)
metode latihan
Ø Metode Khusus (Metode Khusus Pembelajaran
Bidang Studi Tertentu)
Metode khusus adalah metode pembelajaran tiap-tiap bidang
studi, misalnya metode khusus pengajaran bahasa. Metode khusus ini tentu sangat
ditentukan oleh corak bidang studi yang bersangkutan dan tujuan pengajarannya.
Bidang studi yang mirip tentu akan memiliki metode khusus yang mirip pula.
c. Teknik Pembelajaran
Bila kita hanya
mengenal pendekatan dan metode saja sebenarnya kita baru mengetahui penyampaian
pelajaran secara teoretis (Hidayat dkk. 2000: 60). Karena ada suatu alat lain
yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan pelajaran itu, yaitu
teknik.
Teknik artinya
cara, yaitu cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Jadi, teknik pengajaran
atau mengajar adalah daya upaya, usaha-usaha, cara-cara yang digunakan guru
untuk melaksanakan pengajaran atau mengajar di kelas pada waktu tatap muka
dalam rangka menyajikan dan memantapkan bahan pelajaran agar tercapai tujuan
pembelajaran saat itu.
Teknik pembelajaran
dapat dibagi atas dua bagian, yaitu teknik umum dan teknik khusus.
Ø
Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar)
Teknik umum adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang
studi. Teknik umum di antaranya sebagai berikut :
a)
teknik ceramah
b)
teknik tanya jawab
c)
teknik diskusi
d)
teknik ramu pendapat
e)
teknik pemberian tugas
f)
teknik latihan
g)
teknik inkuiri
h)
teknik demonstrasi
i)
teknik simulasi
Ø
Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang
Studi Tertentu)
Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan)
bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu.
d. Model Pembelajaran
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk
mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk
menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
media (film-film), tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum
(sebagai kursus untuk belajar).
Model
pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaknya
(langkah-langkahnya), dan sifat lingkungan belajarnya. Arends (1997)
menyebutkan enam model pembelajaran yang sering dan praktis digunakan guru
dalam pembelajaran, yaitu: presentasi, pengajaran langsung (direct
instruction), pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas.
Ada banyak
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam implementasi pembelajaran di
antaranya sebagai berikut :
a)
model pembelajaran kontekstual (CTL)
b)
model pembelajaran berdasarkan masalah
c)
model pembelajaran konstruktivisme
d)
model dengan pendekatan lingkungan
e)
model pengajaran langsung
f)
model pembelajarn terpadu
g)
model pembelajaran interaktif
REFERENSI
http://exiaprasetya.wordpress.com/2010/05/15/hakikat-strategi-pembelajaran/ (Diakses
tanggal 27 September 2012)
http://lukmanmenantimusayang.blogspot.com/2011/05/makalah-hakikat-strategi-pembelajaran.html (Diakses tanggal 27 September 2012)
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/07/hakikat-strategi-pembelajaran.html (Diakses
tanggal 27 September 2012)
http://blog.tp.ac.id/pengertian-strategi-pembelajaran ( Diakses tanggal 27 September 2012 )
http://latahang.com/prinsip_strategi_pembelajaran/ ( Diakses tanggal 27 September 2012 )
http://calon-guru.blogspot.com/2009/11/hakekat-dan-komponen-strategi.html (Diakses tanggal 27 September 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar